Selamat Datang di Blog Creativepio | Mari Berbagi | Terimakasih Atas Kunjungannya....!!

MASJID KUNO BAYAN, SAKSI MASUKNYA ISLAM DI LOMBOK

Posted by Unknown Minggu, 05 Agustus 2012 0 komentar
MASJID KUNO BAYAN, SAKSI MASUKNYA ISLAM

Kabupaten Lombok Utara yang dimekarkan tiga tahun lalu, ternyata bukan saja kaya dari sisi budaya dan pariwisata, namun juga memiliki situs sejarah yang masih berdiri tegak hingga sekarang. Situs yang dimaksud adalah Masjid Kuno Bayan Beleq, Desa Bayan Kecamatan Bayan, sebagai saksi bisu masuknya agama Islam di Pulau Lombok.
Masjid yang berdiri disebuah bukit dan dikelilingi beberapa cungkup makam para penyebar agama Islam ini,  diperkirakan dibangun ratusan tahun lalu, oleh seorang muballigh. Namun hingga saat ini belum ditemukan sumber tertulis siapa pendirinya dan pada tahun berapa didirikan. Yang jelas usia masjid yang kini dijadikan sebagai ikon pariwisata budaya ini sudah cukup tua.
Masjid kuno Bayan Beleq berukuran 9 X 9 meter persegi, dengan dinding rendah dari anyaman bambu. Sementara atapnya berbentuk tumpang yang tersusun rapi  dari bilah bambu atau dikenal dengan bahasa Dayan Gunung atap santek dengan lantai tanah yang dasarnya dari susunan batu kali.
Masjid kuno ini selain sebagai ikon wisata, juga  diabadikan dalam lambang daerah kabupaten Lombok Utara. Masjid Kuno Bayan Beleq digambarkan dalam bentuk siluet bewarna merah sebagai integritas peradaban masyarakat Lombok Utara. Disebutkan, bangunan Masjid Kuno Bayan menggambarkan tonggak peradaban masyarakat Lombok Utara yang dibangun berdasarkan kesadaran kosmos, kesadaran sejarah, kesadaran adat dan kesadaran spiritual.
Masjid Kuno Bayan, merupakan salah satu warisan budaya yang harus dipelihara sebagai situs cagar budaya yang berkontribusi dalam National Heritages. Warna merah pada stilisasi bangunan masjid kuno Bayan menunjukkan keberanian untuk menegakkan jati diri sebagai masyarakat budaya yang dibangun berdasarkan religiusitas yang kuat.

Konstruksi Masjid Kuno Bayan memiliki filosofis tersendiri, yang  terdiri dari kepala, badan dan kaki, menggambarkan dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah yang merupakan satu kesatuan dalam entitas kosmos masyarakat Lombok Utara.
Bila dilihat dari jarak dekat, masjid kuno Bayan Beleq tak ubahnya rumah-rumah di desa Bayan, yang bentuk bangunannya  serupa dengan bentuk bangunan rumah-rumah tradisional asli masyarakat Bayan. Saat pertama kali melihatnya, Anda mungkin tidak akan mengira bahwa bangunannya merupakan sebuah masjid.
Di dalam masjid juga terdapat sebuah bedug dari kayu yang digantung di tiang atap masjid serta makam beleq (makam besar) dari salah seorang penyebar agama Islam pertama di kawasan ini, yaitu Gaus Abdul Rozak. Di belakang kanan dan depan kiri masjid terdapat dua gubuk kecil yang di dalamnya terdapat makam tokoh-tokoh agama yang turut membangun dan mengurus masjid ini sejak dari awal.
Denah masjid berbentuk bujur sangkar, panjang sisinya 8,90 m.  Di topang 4 Soko Guru (tiang utama) yang dibuat dari kayu nangka, berbentuk bulat (silinder) dengan garis tengah 23 cm, tinggi 4,60 m. Keempat tiang tersebut berasal dari empat desa (dusun) yaitu : Tiang sebelah Tenggara, dari desa Bilok Petung Lombok Timur. Tiang sebelah Timur laut, dari desa Terengan. Tiang sebelah Barat laut, dari desa Senaru, Tiang sebelah Barat Daya, dari Dusun Semokon Desa Sukadana.
Keterangan para Pemangku Adat, tiang utama ini diperuntukkan bagi para Pemangku Masjid yaitu : Tiang sebelah tenggara untuk Khatib. Tiang sebelah timur laut untuk Lebai. Tiang sebelah barat laut untuk Mangku Bayan Timur. Dan tiang sebelah barat daya untuk Penghulu.
Pada bagian atas mimbar, terdapat hiasan berbentuk naga. Pada bagian “badan naga” terdapat hiasan (gambar) tiga buah binatang, masing-masing bersegi 12, 8, dan 7. Hiasan ini melambangkan jumlah bilangan bulan (12), windu (8), dan banyaknya hari (7). Disamping itu juga terdapat hiasan berbentuk pohon, ayam, telur, dan rusa.
Hingga saat ini, konstruksi masjid masih orisinal, walaupun telah direnovasi, sebab, proses renovasi tidak mengubah bentuk aslinya. Bahkan, masjid ini juga belum diterangi lampu listrik. Jika ada acara keagamaan, masyarakat hanya menggunakan batang bambu yang dilingkari lilitan buah jarak dan kapas, kemudian dinyalakan. Masyarakat setempat menyebutnya dila lilit  jojor.
Arsitektur Masjid Bayan menunjukkan adanya percampuran Hindu-Bali dengan Islam-Jawa. Denah masjid berbentuk bujur sangkar. Pada tengah bangunan, terdapat empat kolom (tiang) kayu yang tidak berbeda dengan konstruksi soko guru dalam arsitektur Jawa. Ini menunjukkan adanya pengaruh Jawa dalam arsitektur Masjid Bayan.
Walaupun arsitektur masjid menunjukkan adanya pengaruh arsitektur joglo Jawa, namun, terdapat  dua perbedaan yang paling mendasar: Pertama, pada arsitektur Jawa tipe tajug, atapnya terdiri dari tiga lapis, sementara Masjid Bayan hanya dua lapis; kedua, Pada model joglo, lapisan atas yang disebut brunjung, kemiringannya lebih tajam dibanding lapisan bawah yang disebut penanggap, sementara pada masjid ini, keadaanya terbalik, penanggap lebih tajam daripada brunjung. Sementara pengaruh arsitektur Bali tampak dari bentuk atap, dengan kemiringan yang tidak setajam model joglo di Jawa.
Muatan arsitektur lokal bisa dilihat dari ukuran dinding yang sangat pendek, hanya 1,5 meter, lebih rendah dari ukuran tinggi normal orang Indonesia. Ukuran pintu sama tingginya dengan dinding, karena itu, seorang dewasa yang masuk ke masjid harus menundukkan kepala.
Ukuran dinding dan pintu yang rendah ini, sama dengan dinding dan pintu pada rumah tradisional orang Bayan dan Lombok. Masjid Bayan tidak memiliki jendela, dan pintunya hanya satu. Model ini mengikuti prinsip hidup orang Lombok dalam membangun rumah. Menurut mereka, pintu tunggal merupakan simbol dari ‘pintu kehidupan’ yang juga tunggal.
Beberapa sumber menyebutkan, Masjid Kuno Bayan dibangun sekita abad ke 16 M. Ceritanya Sunan Giri dari Gersik menyebarkan agama Islam ke Pulau Lombok. Ketika sampai di Desa Bayan, Sunan diterima oleh Raja Bayan yang bergelar Datu Bayan, kemudian Sunan diberi sebidang tanah untuk mendirikan masjid. Tak ada kejelasan, apakah masjid ini dibangun langsung oleh Sunan Giri, atau oleh tokoh lain yang datang kemudian menggantikan posisinya.
Menurut sumber lain, yang menyebarkan Islam ke tanah Lombok adalah Sunan Prapen, bukan Sunan Giri. Sunan Prapen dikenal juga dengan nama Pangeran Senopati, dan merupakan cucu Sunan Giri. Jika data sejarah ini yang benar, maka Masjid Bayan jelas tidak mungkin dibangun oleh Sunan Giri. Memang ada perbedaan data sejarah, tapi semuanya sepakat bahwa masjid ini telah berusia sangat tua.
Mengingat usianya yang sudah begitu tua, dan bahan bangunan yang tidak tahan lama, tentulah masjid tua ini telah pernah direnovasi. Menurut masyarakat setempat, bahan bangunan yang masih asli hanyalah soko guru (empat tiang) dalam masjid, selain itu, sudah diganti dengan bahan baru tanpa mengubah bentuk dan arsitektur masjid.
Pada awal 1993, Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat juga merenovasi masjid ini, namun, renovasi itu tetap tidak mengubah bentuk asli masjid. Hingga saat ini, lantai tetap dari tanah dan penerangan dari lampu jojor, bukan listrik.
Selain di Bayan, masjid kuno juga ada di Gunung Pujut dan di Desa Rembitan. Keduanya di Lombok Tengah, di sisi Selatan pulau. Meski punya ciri yang sama, situs dan budaya di tempat-tempat itu memiliki perbedaan yang menjadi tanda Islam masuk Lombok di beberapa tempat sekaligus. Islam masuk Lombok melalui Jawa, Gowa, dan Bima. Mengenai Bayan, masuknya dari Jawa.
Kini, masjid Bayan Beleq tidak lagi digunakan oleh masyarakat sekitar. Namun, masjid ini akan kembali ramai pada hari hari besar Islam. Salah satunya saat perayaan Maulid Nabi Muhammad. Masjid Bayan Beleq akan dipenuhi oleh pengunjung. Para pengunjung ini diwajibkan untuk mengikuti peraturan yang ada, semisal harus menggunakan baju adat sasak seperti dodot, sapuk dan lainnya.
Pakaian yang dikenakan para kiyai dan imam Masjid Kuno Bayan juga memiliki arti tersendiri, karena yang boleh masuk adalah keturunan dari para penghulu atau kyai yang menyebarkan agama Islam terdahulu. Satu contoh warna putih yang digunakanpara kiyai  melambangkan arti kesucian, sedangkan kain panjang (dodot) berwarna merah memberi arti jiwa kepemimpinan, dilengkapi dengan sapuq atau bongot (ikat kepala) yang juga sudah menjadi tradisi tersendiri.
Tidak diperkenankan menggunakan celana dalam bentuk apapun. Untuk kaum perempuan cukup menggunakan kemben, yakni kain yang hanya sebatas dada. Hal tersebut dilakukan karena dikhawatirkan pakaian yang biasanya digunakan, telah terkotori oleh berbagai macam jenis kotoran (najis).
Masjid Kuno Bayan dikelilingi oleh makam para kyai yang membawa Islam pada zaman dahulu. Selain itu, juga terdapat beberapa cungkup makam. Tercatat beberapa nama di makam tersebut, antara lain: Pawelangan, Titi Mas Puluh, Sesait dan Karem Saleh. Mereka adalah tokoh-tokoh yang menyebarkan Islam di Lombok. Makam tersebut dibuat seperti rumah dari bedek (dinding dari bambu).
Salah satu makam yang diperlakukan beda adalah makam Sesait. Konon, makam ini tidak pernah diperhatikan ahli keluarganya hingga timbul mitos yang terjadi yaitu bencana kematian akan datang bagi anak cucu keturunan Sesait. Namun, mitos ini sepertinya tidak terbukti, karena sampai sekarang keturunan Sesait masih bisa kita temukan di Desa Bayan.
Di sekitar Masjid juga bisa kita temukan Makam Reak, yakni makam Syekh Abdul Razak yang menyiarkan agama Islam secara luas sampai ke belahan negara yang lain pada abad ke 16/17 M. Namun, di setiap daerah dakwahnya Syekh Gauz Abdul Razak selalu berganti nama, oleh karena itu beliau tidak terlalu dikenal.
Bagi anda yang mau berkunjung ke masjid kuno Bayan Belek, tak terlalu sulit, karena sarana transfortasi baik dari ibu kota provinsi NTB (Mataram) maupun dari timur Labuhan Lombok cukup lancar. Memang masjid ini dari tepi jalan lingkar Pulau Lombok tak begitu  tampak , yang kelihatan hanya pagar tembok dengan dua rumah kecil di kedua sisi gerbang yaitu kantor tempat pendaftaran pengunjung dan rumah penjaga situs. Sementara di sebelahnya terdapat sebuah berugak tempat beristirahat bagi para pengunjung. Bangunan masjid ini baru kelihatan setelah memasuki pagar beberapa belas meter di tengah rindangnya pepohonan seperti  sebuah gubuk di puncak bukit kecil.  Selamat berkunjung (*)




sumber : http://rumahalir.or.id











Baca Selengkapnya ....

KHAS ASLI RUMAH SUKU SASAK YANG MASIH BERDIRI DI LOMBOK

Posted by Unknown 0 komentar
Sekelumit tentang Desa Adat Segenter, Lombok Utara

Melintasi Kecamatan Bayan di Lombok Utara, tak sengaja saya melihat papan petunjuk arah menuju Desa Tradisional Lombok, yaitu Desa Segenter. Kebetulan di dalam agenda perjalanan kali ini, saya bermaksud mengunjungi desa tersebut.
Terletak di kaki gunung Rinjani, Desa yang masih mempertahankan bentuk asli pada bangunannya saat ini sedang menjadi primadona bagi wisatawan lokal maupun mancanegara., namun memang masih kurang terkenal seperti Desa Sade di Lombok Tengah, yang terkenal dengan kehidupan suku Sasaknya.


Bangunan rumah adat di Segenter ini semuanya berbahan baku bambu. Mulai dari tiang, pusuk dinding, pintu hingga tepat penyimpanan barang-barang berharga, sedangkan atapnya sebagian besar berbahan alang-alang.


Menurut seorang penduduk yang saya temui, Desa Segenter ini merupakan desa adat tertua di Lombok, dan didiami oleh suku Sasak asli yang masih mempertahankan adat dan tradisi asli. Seperti bangunan di Desa Sade, lantai rumah di Desa Segenter ini pun terbuat dari tanah liat yang dicampur kotoran Sapi. Dan untuk setiap 2 buah rumah yang berhadapan, di tengah-tengahnya terdapat 1 buah Beruga yang berfungsi sebagai balai-balai untuk menerima tamu.
Aktifitas penduduk desa Segenter ini pada umumnya adalah bertani dan berladang. Sedangkan menurut pemandu saya, kerajinan yang dikelola biasanya anyaman dari bambu. Namun entah karena kurangnya pembinaan atau apa, kerajinan bambu tersebut masih belum dijadikan sebagai komoditi atau pemasukan bagi desa Segenter, tidak seperti desa Sade yang sudah menjadikan kain tenun buatan mereka sebagai salah satu mata pencaharian sehari-hari.
Semoga saja dikemudian hari, pembinaan dan pengelolaan desa Segenter ini dapat semakin baik, sehingga dapat memiliki daya tarik yang lebih bagi para wisatawan yang ingin berkunjung untuk menikmati suasana desa adat ini dengan segala keunikan dan aktifitasnya.


Mohon maaf jika informasi yang saya berikan masih sedikit, karena saya pribadi belum mengeksplorasi lebih dalam tentang Desa Adat tersebut. Mngkin di lain waktu akan saya postingkan lebih detail mengenai desa Segenter ini.






sumber : http://wisata.kompasiana.com

Baca Selengkapnya ....

Ada Surga Tersembunyi di Lombok

Posted by Unknown 0 komentar

Lombok : Ada Surga Tersembunyi Disana

Tujuan Untuk Menghilangkan KeGalauan dan Keresan Hati Hi'Is Lombok Island.
Itulah salah satu ujararan dari seseorang Wisatawan Domestik yang berkunjung ke Lombok. 
Oky Tmen - tmen mari kita simak yha cerita salah seorang Wisatawan Domestik asal Jakarta yang berkunjung ke Daerah saya....... Heee 
Kita ke mana setelah ini, Pak Taufik?” tanya Wanti, salah satu teman seperjalananku.

“Sudah lapar belum?” sang guide balik bertanya.

Serentak kami berempat menjawab lapar. Terang saja, sekarang hampir setengah dua waktu setempat. Sejak dari Jakarta perut kami hanya diganjal dengan sepotong roti saja. Waktunya makan siang.

Kami makan di sebuah saung yang cukup nyaman, dengan menu yang menggoyang lidah: ayam plecing -ayam berbumbu pedas-, ikan Marlin bakar –ikan berukuran besar, biasanya untuk diekspor-, dan capcay. Ditambah kerupuk dan segelas teh manis maka siang itu kami makan dengan lahap. Siap untuk petualangan berikutnya….

“Buka alas kaki kalian,” perintah Pak Taufik begitu kami sampai di pantai Tanjung Aan.

Apa? Ada larangan menggunakan alas kaki di sini kah? Oho, maksud Pak Taufik supaya kaki kami merasakan sensasi butiran-butiran pasir sebesar merica di pantai ini. Itulah kenapa penduduk Lombok menyebutnya Pantai Pasir Merica.

Sensasi pijatannya terasa di pusat-pusat syaraf telapak kaki begitu kami menyusuri pantai. Kami berlarian bagaikan “Bocah Petualang” begitu melihat pantai yang begitu menawan terhampar di depan. Ada perpaduan warna yang begitu cantik: pasir putih kekuningan karena diterpa sinar mentari membuat laut pinggir pantainya berwarna kehijauan sementara di tengahnya berwarna biru. Sungguh kontras. Waktu terhenti di sini, tanpa jeda. Kau bisa melarung resahmu di sini. Jauh. Hingga kembali ke titik nol. Dan awan yang bergelantung cantik di birunya langit, adalah tempatmu menggantung asa yang absurd pun. Well…surga dunia tersembunyi di sini.

Kemudian kau bisa mendaki bukit serupa semenanjung yang menjorok ke lautan, tangkaplah view yang membuatmu tak ingin beranjak pulang. Ombak yang menggulung menyebarkan buih di bibir pantai, serupa perawan menebarkan pesona pada jejaka. Jangan salahkan jika mereka tergoda. Tergoda sekedar menyelam pada beningnya lautan yang nampak hingga ke dasarnya, atau membiarkan adrenalin berpacu bersama ombak. Banyak peselancar mengadu nyali di sini. Kemudian mereka akan menenteng papan selancar itu mendaki bukit, menunggu datangnya senja. Senja di pantai ini pasti sempurna. Laut biru, pasir putih, dan langit biru yang perlahan akan berubah warna tembaga. Sementara mentari dengan rela menyingkir, memvisualkan kedigdayaan sang waktu. Ketak abadian, tentu saja.

Tapi guide kami mengajak berkemas. Katanya senja di pantai Senggigi tak kalah eloknya.

Kami memang memilih penginapan di pantai Senggigi, karena esok ada sebuah pulau tak jauh dari Senggigi menunggu kami sambangi.

Tapi banyaknya penduduk yang menjajakan dagangan di sepanjang pantai ini, sedikit mengusik ketenangan rekreasi kami. Mereka cukup agresif menjajakan barangnya. Bahkan setengah memaksa. Kain sarung bermotif etnis hingga kaos-kaos berlabel Lombok ditawarkan dengan harga cukup murah sebenarnya. Namun jika kita telah menawar pada salah satu pedagang, maka teman-temannya akan datang menyerbu bagai kawanan lebah…ups.

Seorang pedagang jadi marah karena kami tidak memilih miliknya. Saya tadi duluan katanya. Kemudian dia terus mengikuti kami hingga turun dari bukit itu. Bahkan seorang anak kecil yang nampak polos, terus menerus menguntit kami setelah melihat aku membeli salah satu gelang yang ditawarkan temannya karena kasihan. Padahal tidak yakin juga barang itu akan ku pakai. Masa gak kasihan sama anak kecil Bu, katanya memelas. Wah, modus operandi pengemis-pengemis cilik jalanan di Ibukota rupanya telah diadopsi juga.

Bagaimanapun kau tidak akan menyesal datang ke Tanjung Aan. Resahmu akan tertinggal di sini. Apalagi jika menghabiskan malam di sini, jauh dari keramaian dengan debur ombak yang terdengar, pasti akan jadi malam yang panjang.

Menurut Pak Taufik ada beberapa resort atau penginapan di Pantai Tanjung Aan. Tapi jangan bayangkan bagai penginapan di Kuta, Bali atau di Tanjung Lesung, yang mempunyai acara pesta-pesta di pinggir pantai. Penginapan-penginapan di Pantai Tanjung Aan, hanya menyediakan tempat untuk tidur dan menginap saja. Ada alternatif yang lebih menjanjikan yaitu menginap di pantai Kuta, tak jauh dari Tanjung Aan. Di sana ada sebuah hotel berbintang: Novotel.
Wow, Ada Bulan di Pantai Senggigi

Kau akan merasakan geliat kehidupan malam di Senggigi. Alunan dan dentuman musik terdengar mengalun sepanjang malam dari café-café dan bar yang menjamur di pinggir jalan.

Dengan menggunakan cidomo, yaitu kereta kuda sederhana yang biasa digunakan untuk transportasi di Lombok kami menyusuri Senggigi malam itu. Sasaran kami hanya satu: menikmati sensasi ayam berbumbu pedas “Ayam Taliwang” yang terkenal itu. Pak Kusir memberitahu kami sebuah rumah makan yang tak terlalu jauh dari penginapan yang terkenal dengan Ayam Taliwangnya.

Rumah makan bernuansa etnis itu nampak romantis dengan cahaya lampu yang meneranginya. Cocok untuk candle light dinner…hemmm. Beberapa pasangan terlihat asyik menikmati sajian. Namun banyak juga yang datang rombongan seperti kami berempat.

Selagi menunggu hidangan datang, seorang ibu muda mendatangi kami menawarkan aneka asesories dari mutiara. Harganya beragam, dari bros-bros yang puluhan ribu Rupiah hingga cincin mutiara yang ratusan ribu Rupiah. Tapi karena kami telah diberitahu Pak Taufik jika esok kami akan diantar ke tempat pengrajin mutiara langsung, akhirnya kami menunda keinginan untuk memiliki barang-barang itu sementara waktu.

Mungkin ibu itu melihat keraguan kami, dia terus memprovokasi. Dia meyakinkan kami jika mutiara-mutiara itu asli. Yang murah ini mutiara air tawar jelasnya. Kalau yang mahal mutiara air laut. Bagaimana mengetahui mutiara itu asli atau tidak? Menurut Wanti coba gigit sedikit, jika ada nuansa pasir yang tertinggal maka itulah mutiara asli. Silakan, kamu yang coba ya Wan. Aku lebih baik menggigit Ayam Taliwang saja ah.

Ayam Taliwang, Plecing Kangkung, dan Sambel Beberok pesanan kami malam itu. Plecing ternyata merupakan nama masakan, sehingga dikenal masakan kangkung yang diberi/dimasak bumbu plecing, ayam yang dimasak plecing (ayam diberi bumbu pedas, didiamkan, dibakar/digoreng, kemudian diberi bumbu pedas lagi). Sambel Beberok adalah sambel yang dibuat dari irisan terong ungu, irisan bawang merah, irisan tomat dan cabe. Maka malam itu lapar kami tuntaskan.

Menginap di Senggigi memang pilihan yang tepat. Tak salah rekomendasi salah satu teman yang bertugas di Mataram. Dia bilang jika ingin mendapatkan penginapan yang asyik dengan view pantai yang keren, lebih baik menginap di Senggigi. Memang penginapan menjamur di sini, dari kelas melati hingga hotel berbintang.

Pasir putih di Senggigi dikelilingi hotel, losmen, dan bungalow. Sempurna. Banyak turis-turis mancanegara terlihat berkeliaran. Fakhri yang selalu antusias dengan postur bule itu dari awal sudah berbisik, Bunda aku mau photo sama bule. Ssst…nanti kita cari bule yang ganteng untuk photo ya. Hahaha.

Usai santap malam kami menyusuri pantai di sekitar penginapan yang belum sempat kami nikmati sejak tiba di Senggigi. Kami bahkan melewati sunset itu. Semua sibuk membersihkan diri setelah seharian berpeluh ria, apa boleh buat.

Pantai landai berpasir putih terhampar, diterangi cahaya lampu nan temaran. Kursi-kursi santai tersedia di sepanjang pantai. Kursi-kursi itu kosong. Turis-turis bule itu nampaknya lebih tersihir bergoyang di sebuah pub pinggir pantai dengan ritme musik yang mengalun dinamis menembus malam.

Kami bertiga segera menempati kursi-kursi yang mengundang itu. Fakhri mulai asyik bermain pasir. Dia mulai membentuk bangunan khayalannya. Akh, teringat masa kecil dulu. Bermain di pantai adalah salah satu favoritku. Aku bisa berimajinasi dengan bangunan khayali tanpa batas, hingga lelah itu datang.

Tapi sekarang ada yang lebih menarik untuk dinikmati. Malam di pantai, dengan hembusan angin laut yang membelai. Terasa sensasi itu, asin air laut yang menempel di ujung lidah. Malam yang langka, dengan bintang-bintang berpendaran di langit berhiaskan awan-awan tipis mengambang.

Ada bulan di ujung sana. Sayang belum purnama. Bulan sabit itu terasa bernyawa, mengajak berbincang. Apa lagi yang kau resahkan, sapanya. Toh hidup itu tak akan pernah sempurna. Tapi Kau punya ruang dan waktu yang tak terbatas. Tak seorangpun bisa memasung itu. Ruang dan waktu itulah milikmu. Kau punya kuas untuk menggoreskannya. Biarkan kuas itu menari. Menari menembus cakrawala. Bahagia itu di hati, Kau tak perlu terbang hingga ke bulan.

Kemudian hening. Aku tertegun. Siapa sedang berbincang dengan siapa tadi ya? Aku dengan bulan? Aku dengan saya, mungkin? Intinya bulan telah menyuarakan sebuah kebenaran, titik. Tapi hei, tunggu dulu kita belum selesai berbincang. Masih banyak tanya yang belum terjawab, tapi sebuah tangan kecil mulai menarikku ke pusat kesadaran.

Bun, itu ada bule, photo dong rengeknya. Fakhri menagih janjinya. Aku lihat ada seorang bule yang cukup berumur sedang duduk sendirian. Karena tak nampak si tampan di sini, kakek itu pun tak apalah. Toh buat Fakhri esensinya adalah photo dengan bule. Hehehe.

Saya sapa seramah mungkin…

“Hello sir, would you mind to have a picture with my son, please?”

“Oh, tentu saja,” jawabnya.

Wow, ternyata dia bisa berbahasa Indonesia dengan fasih. Jepret…jadilah photo Fakhri and si Mr. (^0^)

Gili Trawangan: Pulau Kecil Bernuansa Pesta














Esok harinya, dimulailah petualangan panjang kami di Lombok. Kami akan menyeberangi Selat Lombok menuju ke sebuah pulau kecil: Gili Trawangan!

Gili Trawangan adalah pulau yang terbesar dari kedua pulau kecil lainnya atau gili (Gili meno dan Gili Air) yang terdapat di sebelah barat laut Lombok. Trawangan juga satu-satunya gili yang ketinggiannya di atas permukaan laut cukup signifikan. Dengan panjang 3 km dan lebar 2 km, Trawangan berpopulasi sekitar 800 jiwa.

Sebelumnya Pak Taufik sudah mengingatkan jika angin musim sedang kurang bersahabat. Kalau angin turun, maka ombak akan besar katanya. Jika ombak besar, maka kami tidak akan bisa menyeberang dari Bangsal.

Bangsal adalah pelabuhan yang biasa jadi tempat bersandarnya perahu motor, ataupun speedboat yang akan menyeberang ke Gili Trawangan. Terus, enggak jadi nih ke Gili Trawangan? Ya jadi dong, Pak Taufik nyengir melihat wajah kami jadi tiba-tiba kuyu. Kita akan menyeberang lewat Sire, jelasnya.

Jika dilihat dari peta, posisi Sire itu memang paling dekat dengan ketiga gili itu. Kita akan menyusuri sisi-sisi pulau itu, jadi ombak besar terhalang pulau jelasnya lagi. Rasanya masuk akal, kami pun setuju. Butuh waktu kira-kira 45 menit dari Senggigi menuju Sire. Namun karena kami sempat mengabadikan pesona pantai Malimbu dengan berpotret ria, waktu akhirnya molor jadi satu jam.

Malimbu. Wow, bagi penggila fotografi pantai ini bisa jadi objek yang menawan. Akan jadi tempat yang ideal untuk mengasah kemampuan. Dari ketinggian kita bisa memandang laut biru dengan pasir nan putih, bagai lukisan dalam imajinasi. Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air terlihat seolah muncul dari dasar laut. Eksotis sekali.

Namun karena bergegas dengan waktu, kami tak sempat berleha-leha. Pak Taufik segera mengingatkan untuk bergegas. Cabuuut…

Jam sepuluh pagi, sudah banyak orang yang berkumpul di Sire untuk menyeberang. Pak Taufik segera menemukan rekanannya pemilik perahu motor yang akan menyeberangkan kami. Dia menyewa perahu motor khusus untuk kami. Selain kami berlima, sepasang muda-mudi juga ikut dalam satu perahu. Menurut Pak Taufik mereka pasangan penganten baru. Sepasang remaja itu nampak malu-malu ketika kami goda agar diambil posenya. Enggak usah Mba, jawab penganten wanitanya. Asyik sepertinya jadi penganten baru ya? Sudah lupa rasanya. Hehehe.

Yuyun dengan sigap mengambil pelampung dan mengenakannya. Eits, tunggu dulu Yun belum waktunya berenang cegahku sambil menarik tangannya. Oho, ternyata dia sekedar memakai pelampung untuk berjaga-jaga. Aduh, ombak ini enggak ada apa-apanya Yun, aku membesarkan hatinya. Karena dia tetap keukeh, akhirnya ku pasangkan Fakhri pelampung juga. Jika Yuyun yang mahir berenang gaya batu saja kuatir, aku perlu menguatirkan Fakhri yang sama sekali tidak mahir berenang. Tinggallah kami yang mahir berenang atau minimal punya nyali besar yang tidak ikut mengenakan pelampung. (Ahai, pliss ya Yun. hihihi).

Terdengar helaan napas lega dari segenap penjuru, ketika lambung perahu telah menggapai pantai. Hanya 25 menit waktu yang dibutuhkan dari pelabuhan Sire hingga ke Gili Trawangan. Kami sampai…halo, itukah pulau surga itu? Sambil melompat turun dari perahu, ku lemparkan sandal sejauh mungkin ke tepi pantai. Tak perlu alas kaki di sini.

Hufs…sebentar, biar ku nikmati sentuhan pasir nan halus di telapak kakiku, bagai sentuhan sang kekasih yang pernah mengisi malam-malam panjang tak bertepi. Akh, itu hanya sebuah personifikasi untuk menggambarkan sebuah surga di pulau kecil yang bernuansa pesta.

Lagi-lagi pasir putih dan laut biru bening yang kami dapatkan. Tapi ada lagi lainnya, tebak apa?

Banyak bule-bule berpakaian super minim melenggok santai bak di catwalk. Kok mereka enggak pakai baju Bunda, tanya Fakhri polos. Mereka kepanasan, karena biasa di tempat dingin jawabku sekenanya.

Sepanjang pantai di penuhi hotel, bungalow, maupun café-cafe dan pub yang dipenuhi turis-turis mancanegara. Mungkin perkampungan di Hawai sana seperti ini juga. Mereka yang enggan berjemur di pantai, berbikini ria di depan penginapan yang rata-rata memiliki kolam renang mini. Sementara musik mengalun dari café-café terdengar hingga di kejauhan. Bisa ku bayangkan bagaimana semaraknya pulau ini di waktu malam. Seperti gambaran Pak Taufik, malam di Gili Trawangan di penuhi pesta-pesta hingga pagi menjelang, wow!

Setelah menyimpan barang-barang bawaan kami di sebuah rumah makan yang ditunjuk Pak Taufik, kami berempat mulai menyusuri Pulau. Kendaraan bermotor tak diijinkan di sini. Hanya cidomo dan sepeda yang digunakan penduduk sebagai alat transportasi. Kami menyewa sepeda dengan tarif 50 ribu perjam. Tapi tak sampai mengelilingi seluruh pulau, kami kembali. Waktunya untuk snorkeling.

Hanya aku dan Wanti yang akan snorkeling, sedang Fakhri hanya berenang di pinggir pantai saja. Yuyun mengeluh pusing setelah menempuh perjalanan dengan perahu motor tadi. Sewa peralatan snorkeling perpasang 50 ribu Rupiah, jika membutuhkan instruktur maka kau bisa memberi tips serelanya. Wanti memberi tips tambahan 20 ribu Rupiah untuk instruktur yang mengajarinya. Cukup murahkan bukan? Dengan biaya sebesar itu kau bisa memandang dasar lautan, menyaksikan ikan-ikan kecil berenang di sela-sela karang cantik. Dan menyebarkan pakan, hingga ikan-ikan itu akan berkerumun. Bagaikan berenang dalam aquarium raksasa.

Mulanya Wanti emoh untuk berenang agak ke tengah, dia hanya bermain-main di gugusan ombak pinggir pantai. Snorkeling kok di tepi pantai, ledekku. Akhirnya setelah diyakinkan sang instruktur dia berani berenang ke tengah, bahkan ke tempat yang semakin dalam. Akhirnya rasa takut itu berhasil ditaklukkan.

Dengan snorkeling tak hanya resah yang akan kau buang ku rasa. Segala galau, gundah dan gulana itu akan sirna. Dia akan hanyut terbawa arus hingga ke dasar tanpa bekas. Bagai gerakan kurva, anggaplah petualangan ini sedang menuju ke titik nol untuk kembali bergerak ke atas…naik semakin tinggi.

Jam dua siang perahu motor kami meninggalkan Gili Trawangan menuju Lombok kembali. Ada yang tertinggal di sana, yaitu kenangan. Esok kami akan kembali menyusuri hiruk-pikuk Ibukota, tapi kebersamaan ini tak akan lekang. Seperti pulau-pulau itu dia akan tetap di sana hingga berpuluh tahun kemudian, hingga sang waktu berkehendak lain.





Baca Selengkapnya ....

STORY ABOUT LOMBOK ISLAND

Posted by Unknown 2 komentar

HaEeey Guys..........
My Name is Muhamad Masjun Efendi, I come from Lombok Island
I will a little story about Lombok Island :
About Lombok





Lombok is an island in West Nusa Tenggara (West Nusa Tenggara or NTB) province, Indonesia. This island is part of the chain of the Lesser Sunda Islands, Lombok Strait separated from Bali to the west and Alas Strait between and Sumbawa to the east. Estimated circle, with the "tail" (Sekotong Peninsula) to the southwest, about 70 km across and a total area of approximately 4725 km ² (1825 sq mi). The capital and largest city of the province is Mataram. Conditions are somewhat similar to Bali in terms of size and density of the island and some of the cultural heritage, but is administratively NTB less populated mainly in Sumbawa. Lombok island is surrounded by a number of local small islands called Gili.
island of Lombok is located east of Bali and is accessible by air, boat or public ferry fast. Natural panorama from the sun, white sandy beaches, unique culture, and eco tourism makes Lombok the perfect getaway.

WHEN VISITING LOMBOK
Information subject to change. Participants are advised to inquire at the nearest Embassy or Consulate of Indonesia are required visa to enter Indonesia, at least 30 days prior to the meeting date.
This information does not reflect any opinion whatsoever on the part of the Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) concerning the legal status or development areas of the country, or territory or of its authorities, or concerning the delimitation of boundaries or boundaries. Lombok, with its virgin beaches, towering Mount Rinjani and quaint fishing villages is a classic tourist haven. proximity to Bali, making tourist hotspot, attracting millions of backpackers, who want to get away from the crowds and enjoy a vacation in peace. However, the main concern most travelers is the best time to visit Lombok. Now that tourist season any purpose depending on climatic conditions and local weather.
Because of its proximity to the equator, the climate is tropical Lombok. Mild winter and summer-friendly by the refreshing rain. These days almost 12 hours long and the daytime temperature on average varies from 27 C to 32 C. dry season lasts from May to September while the wet season extends from October to April. The dry season is the best to tour Lombok as backpackers and trekkers, and they feel very comfortable to do the expedition during heavy rains. We inform you that the rain did not last long in Lombok. May, June and July are the months pucak when most tourist visitors to the country to visit Lombok. It is also important to consult with dive operators and tour operators if you want to venture into adventure sports such as snorkeling and scuba.
Travelers who want to learn the culture in Lombok can adjust the time by day festival in Lombok. Pujawali Lingsar temple is a temple festival is celebrated every year Lombok in January and Independence Day August 17. Nyale smell is legendary Festival held in February and you may be able to participate or catch a glimpse of the traditional wealth. Lombok is an excellent vacation spot, especially in winter weather remains pleasant and friendly.
Lombok is a treasure trove for tourists. If you plan to visit Mount Rinjani you can bring light in cotton wool. Season discounts can be offered by most hotels and tour operators. However, in May came, the island will look festive and get ready to welcome the tourists who will come to Lombok.

ACHIEVING LOMBOK
The best way to reach Lombok is through air travel. There are several flights Indonesia, Lombok and even to reach the ground can take a flight via Jakarta or Bali and then take another flight to reach the island. You have landed at the Airport Selaparang. Another way to reach Lombok is by ferry. You can take a ferry service from the port of Benoa, Bali and fell in Sheet Harbour, Lombok.

Settled in Lombok
You will be spoiled with choices! This is the only way to convey that during a vacation in Lombok will never have a jarring note as far as where you live. The budget is not an obstacle, then you can choose one luxury hotel with affordable rates. In addition to the beautiful rooms with all modern facilities and can be enjoyed as a natural kind of olehraga, diving, snorkeling and golf. These activities will be arranged by your hotel except golf. If your hotel has its own golf course, then of course you will find natural expression in the game. But if you're not too fussy about where you live, some of the discounts have been prepared in the hotel which will be visited.
To eat well, you are able to choose dishes. Classical cuisine Indonesia and Continental cuisine is available. You can enjoy the cafe with a modern and comfortable atmosphere you will find that they can charge pizza on a sunny island! Prices affordable in most restaurants.

SITES can be visited




Lombok keep you enthralled, white beaches, swaying palm trees and beautiful greenery will make you want to stay here forever. Take your time and get a feel for the unique local culture that is comparable to the Balinese culture. Do not miss the authentic cultural performances featuring dance and art as Gandrung which is an interesting appearance as well as stick dance is an expression of physical force. Kuta beach will enchant you with its beautiful beaches. Gili island has beautiful panorama.
route some of the highest road in Lombok, Mt. Rinjani has a beautiful view. Mount Rinjani is an active volcano and still, so do not get too close. You can visit the city of Mataram sunbathing, tour the local villages, snorkeling, diving, fishing or play golf and buy a few knick-knacks.

MATARAM - MOTHER CITY West Nusa Tenggara (NTB)
Mataram is the capital of the province of West Nusa Tenggara (NTB). Public buildings, banks, post offices, public hospitals and shopping centers are found here. Mataram is the capital and main city of Lombok, including the port city of Ampenan. As the central administration, Mataram has many large public buildings and impressive mansions. The city also has transportation and shopping facilities. The main square is used for art exhibitions, theater, dance, and shadow puppets.
Mataram has a wide range of markets and environments featuring traditional Typically such as baskets, clothing and gloves of gold and silver.
Port Ampenan is Lombok's main port, but is now mostly dependent on the vessel fishing. Cakranegara affected population in bali culture and china.

Cakranegara
Cakranegara is a major commercial center in Lombok, the population is influenced by culture and inhabited by ethnic Chinese and Balinese. Most of the shops and restaurants run by ethnic Chinese owned.

Ampenan
Ampenan Once a major port of Lombok. Ampenan has many old buildings with a mixed population of Chinese, Arab, and Malay. You can find lots of great restaurants and the local Chinese food restaurant Sasak.
Although Ampenan, Mataram and Cakranegara are 3 separate city and really run together. There are often found banks, travel agencies, shopping malls, interesting shops, traditional markets.

INFO TRANSPORTATION AND BIS
Mandalika Bus Terminal is the main bus terminal for the entire island of Lombok. This is the eastern terminal for the local yellow bemo (public transport) and route the aircraft back and forth to the garden Ruwek Ampenan. Community Tariff (near or far in the Ampenan-Mataram-Mandalika) is Rp. 1500/person, student tariff of Rp. Of 1000.


BEACH SENGGIGI
You can find many restaurants, bars, discotheques, travel agents, photo processors, money changers, souvenir shop and a variety of accommodation from villas to 5 star hotel. Restaurants and small cafes around the coastline of colorful main street. You can swim at the beach safely. Senggigi town located along the coastal road about 10 kilometers. This road continues north to the ward and the port for the Gili Islands. In Along the way there will be a fantastic view of the sea coast of Lombok. Most tourists stay in Senggigi for easy access from the airport and accommodation options are available to suit travelers bag. If you are saving or can brave the slow ferry from Bali to the destination port / dock in Senggigi, Lombok on the dock there in some remote spot south of Mataram.
There are many activities you can do to finish your holiday in Lombok. Outing or a tour organized by a leading local tour operator is the best choice to discover what Lombok has to offer. Car rental is also a good alternative to get around, either driving themselves, or with a driver so you can relax and enjoy the scenery. Rent a car in Lombok is more expensive than Bali. If you are happy with the services of local guides pengumudi or you can pay a tip at the moment after the trip is completed. If you collide with something, then you are responsible for all costs.

SOUTH BEACH KUTA & Lombok
The most famous place on the south coast is Lombok Kuta Beach (sometimes called Kute beach). This beach has a vast expanse of white sand and blue sea with rugged hills and is a popular spot for surfing.
Kuta Beach Lombok attract visitors for its beautiful beaches and surf spots. Surfers from around the world called Kuta Lombok as a surfer paradise. South coast of Lombok is famous for its high waves and Kuta Lombok merupkan a great place for novice surfers.
Kuta is famous for its waves of the sea, so many visitors come back year after year to surf in Kuta. Whether you are an experienced surfer or a beginner you will find a place for your surfing. Surf boards & boogie boards are available to rent or bring your own. You only need to transport the beach of Kuta, most guests choose to rent a motorcycle with a special surf rack is mounted.

GILI ISLAND
Gili islands located off the northwest coast of Lombok side, this island consisting of three islands of Gili Air, Gili Meno and Gili Trawangan. The island is fast becoming one of the most popular destination for visitors to Lombok. The place is now easily accessible direct from Bali with fast service by using a Speed ​​Boat or by plane and local boat from Lombok.

All three islands have extraordinary features, white sandy beaches, clear waters, spectacular coral reefs, and be able to snorkel and dive. Visitors from around the world interested in the sun, snorkeling, diving, beautiful beaches, and socializing with their surroundings. The absence of cars, motors, and potential vendors of whom live in Gilis - although there is now a wide range of accommodation available, there have been islands retain the rural charm of a tropical paradise.

Mount Rinjani National Park

Mount Rinjani is one of the second highest volcanic peak in Indonesia, which is part of the "Ring of Fire". Dramatic scenery has been created over millions of years to form a cone - building, from the explosion of violence, and erosion. Forest slopes rising directly from the sea makes its own weather patterns and act as a source of water.
Mount Rinjani is Indonesia's most active volcano on the island of Lombok. Mountain has a height of 3726 m tersevyt (12 224 feet), and is the third largest volcano in Indonesia. The first historical eruption occurred in September 1847. Volcano, and spectacular form of a child who has a crater lake Segara, which is protected by a national park was established in 1997. oval-shaped caldera is filled partially by a lake known as Segara Anak. Eruption in 1994, 1995, and 1996 have formed a small cone in the middle of the caldera and lava flows from eruptions.
Forest types of upland forest and lowland forests that grow rice, soybeans, coffee, tobacco, cotton, cinnamon, and vanilla. Vanilla is a major crop in the island is developed ..
For the people of Lombok, Sasak and especially the Balinese volcano is considered sacred places and is home deity. Crater lake Segara Anak is the destination of thousands of pilgrims to perform rituals and ceremonies can be believed to cure disease by soaking in hot water.

Gunung Rinjani, Lombok Indonesia
Altitude 3,726 meters (12 224 feet)
Location Lombok Indonesia
Coordinates 8 ° 25 '0 "S 116 ° 28 '0" E
Type stratovolcano (active)
Duck endemic grouse are found here and some fish species have been identified much. Gunung Rinjani, one of of the 40 National Parks throughout Indonesia which was established in 1997.
More than 20 villages around Rinjani and many ways to climb the mountain, but the main access can be reached from the north and Sembalun Senaru Lawang to the east.

EAST LOMBOK
East Lombok area has the potential fertile areas and less developed than in West Lombok, this area allows you to be able to stop off and see one of the villages in Indonesia. The area is inhabited by tribal people who live Sasak maintain their culture.
Revenues derived from the local population of Agriculture, Fisheries and Tobacco plantations. Tobacco growing especially with the best quality with some foreign companies such as International Tobacco Importers of British American Tobacco (BAT) and Philip Morris (PM) has made ​​major investments in funding for local farmers.

Sembalun Lawang
Located on the eastern slopes of Mount Rinjani. This area is like a mountain of lost, Sembalun Lawang in the remains of a large caldera, this area offers an impressive and very close to the mountain. As if you could touch it.

LOYOK: BAMBOO CRAFT CENTER
Loyok and surrounding areas are located not far from King City. The area is famous for its bamboo craft. Many local design made by skilled craftsmen who work diligently and carefully every day to produce a good product.

PRINGGASELA
This village is located in East Lombok and is known for traditional fabrics. Cloth is still produced with traditional looms by village residents.

BRAIN crowing GADING SWEET ORANGE & Waterfall
It is located forty kilometers from east of Mataram, the area is famous for its waterfall. Water is believed to cure all ills if bathing in the pool.
Orange Sweet Falls is located in a lush natural forest. Local people call it 'Aik Temer', because they believe the water can cure all diseases.

Tete STONE

Located in the north all the way from Loyok. Tete Batu village is situated on the slopes of Mt. Rinjani is the highest mountain in Lombok with amazing sights and have a cool source of cold water. Road route at the foot of Mount Rinjani is a popular activity for those visiting Tetebatu.

KING CITY
The area is sounded impressive and has stunning waterfalls, and offers stunning views across the region.

Selong
Selong is the capital of East Lombok. Selong is an ideal haven for those who want to go to the harbor of Hajj, and further to the east is Kaliantan.

KALIANTAN
After a stretch of white sand on Kaliantan, Bau Nyale festival held annually in Kaliantan at the same time as it is celebrated in Kuta South Lombok.

SENANTI
Senanti known as income in the form of wood carving craft. Local villagers using traditional methods handed down from generation to generation.
LEMOR
dense forests covering Lemor and surrounding areas are ideal places to avoid the heat of the day. Lemor is a fertile place and has a pool to swim and have lots of spring water.

SURADADI
Suradadi Village is a traditional craft village craft items made ​​from palm leaves and coconuts. Here a lot of experienced craftsmen and women usually make the boxes, mats, bags, wallets and attractive products.

BIRAQ
Biraq is a traditional village located at the bottom of Mt. Rinjani, the area known as the "way of life without complications" - a way of life that has been followed for several generations.

LENEK
The area is renowned traditional Sasak dance. Lenek also often referred to as the home of the Black Monkey. In this village, the villagers produce handicrafts making, visitors can also buy some souvenirs.

TIMBANUH
location is famous for fantastic panoramic view that was in East Lombok. This area also has a villa built by the Dutch during Indonesia's ruling.

GILI LAMPS, consulate Gili, Gili Lawang and
three islands located off the coast of the North-East Lombok. White sand and the sea around it has the amazing marine life, so this place is ideal for swimming and snorkeling. This beautiful island can be reached by boat from Labuan Lombok.

TOMB KING Selaparang
holy Tomb is the tomb of King Selaparang. This tomb is located in the village Presak, Pringgabaya. The village is located about sixty-five kilometers from Mataram.

Baca Selengkapnya ....
Modified by info update - Panduan Blogging SEO. Original by Bamz | Copyright of Creativepio Lombok Island.